Explore 1.5M+ audiobooks & ebooks free for days

From $11.99/month after trial. Cancel anytime.

I Know About the Girl in New York
I Know About the Girl in New York
I Know About the Girl in New York
Ebook136 pages2 hours

I Know About the Girl in New York

Rating: 5 out of 5 stars

5/5

()

Read preview

About this ebook

I KNOW ABOUT THE GIRL IN NEW YORK bercerita tentang aktris papan atas Indonesia berinisial AR, peraih penghargaan Aktris Utama Wanita Terbaik dan istri dari produser musik top yang karir dan hidupnya hancur setelah ketahuan selingkuh dengan pemeran figuran wanita ketika syuting sebuah film di kota New York, Amerika Serikat.

LanguageBahasa indonesia
PublisherJelita Sopani
Release dateJul 25, 2024
ISBN9798215740781
I Know About the Girl in New York
Author

Jelita Sopani

Jelita Sopani is an Indonesian writer and poet. A full time lover and part time traveler who's crazy about cats and celery. Her first self-help book, Painkiller, was released in 2013. Jelita started her career in a Radio Station. She has worked for three leading Radio Stations in Jakarta (Indonesia), as a script writer, producer, broadcaster and Music Director. She has worked as a Music Director for the National Television for over 5 years, and she is currently working for a leading Pay TV Network in Indonesia.

Read more from Jelita Sopani

Related authors

Related to I Know About the Girl in New York

Related ebooks

Romance For You

View More

Related categories

Reviews for I Know About the Girl in New York

Rating: 5 out of 5 stars
5/5

3 ratings0 reviews

What did you think?

Tap to rate

Review must be at least 10 words

    Book preview

    I Know About the Girl in New York - Jelita Sopani

    Semua karakter dan latar belakang cerita ini hanya fiksi.

    Jika ada kemiripan itu hanya kebetulan belaka.

    CHAPTER I

    goodbyes

    INI TERJADI EMPAT TAHUN lalu di bulan Juni, tepatnya sehari sebelum hari pernikahan Anyka dengan Mathi. Yang orang bilang kalau stres bakal meningkat menjelang hari pernikahan itu ternyata memang benar. Karena ini kejadian juga sama Anyka. Meski momen ini sudah terjadi di kepalanya berkali-kali selama enam bulan terakhir, meski mentalnya sudah dilatih tiap hari, tapi tetap saja masih kewalahan dengan banyaknya what if (gimana kalau?) yang menyumbat di kepalanya. Gimana kalau ini keputusan paling salah yang diambil seumur hidup? Gimana kalau dengan menikah justru ternyata makin menjauhkannya dari kebahagiaan? Gimana kalau hubungannya dengan Mathi ternyata gak seperti yang diharapkan? Gimana kalau dia memang gak bakal pernah memiliki hidupnya sendiri sampai mati? Jawaban dari semua pertanyaan itu sudah jelas buruk seperti dugaan dan Anyka sadar itu. Karena toh baginya, menikahi Mathi berarti memberikan hidupnya dan bukan membaginya. Jadi sangat kecil kemungkinan bisa menjadi dirinya sendiri dan hidup bahagia. Gak cuma itu, dia bahkan sudah bisa membayangkan dirinya dua puluh tahun ke depan, tua dan nelangsa. Tapi dia rela dan mau menerima itu. 

    Rumah orang tua Anyka yang berada di Jagakarsa, Jakarta Selatan itu sudah ramai oleh orang sejak seminggu lalu. Selain keluarga besar dari pihak mama dan papanya, rumah putih dua lantai yang berada di atas lahan seluas 300m² itu terlihat makin padat oleh beberapa kru dari wedding planner yang sedang menyiapkan acara siraman buat nanti sore. Hampir gak ada sudut yang sepi di dalam rumah yang memiliki lima kamar itu. Hampir semua ruangan penuh. Kalau gak sama orang, ya sama barang-barang. Termasuk kamar Anysa, adiknya, yang sudah menikah lebih dulu 13 bulan lalu. Sebagai seorang introvert, tentu saja keramaian ini sangat menguras energi. Ditambah lagi harus hadepin Rumela di chat WhatsApp.

    Kekasih rahasia berdarah Sunda yang sudah sejak umur 10 tahun menetap di Penang, Malaysia itu makin lengket. Seperti insting anak balita yang tahu ibunya bakal pergi, Rumela benar-benar gak mau sedetik pun lepas dari Anyka. Seenggaknya lewat chat WhatsApp. Dan entah menyamai anjing German Shepherd piaraan polisi atau paranormal, Rumela memang sudah mencium ada sesuatu yang gak beres dari cewek yang dipacarinya selama satu tahun itu, dan gak bisa disalahkan. Karena memang benar, besok Anyka bakal menikahi orang lain dan kasihannya Rumela sama sekali gak tahu itu. 

    Dengan wajah kencang dia membalas chat Rumela di HP, diantara anggota keluarga yang berkumpul di ruang makan dan membahas acara siraman nanti. Hampir semua orang di sana bersuara, saling bersahutan. Padahal sebagian besar gak ada isinya. Bikin Anyka tambah stres.

    Sudah dong jangan main HP mulu, kata mama Anyka yang duduk terpisah tiga kursi dari Anyka. Tapi tentu saja Anyka gak langsung dengar. Kalau Anysa gak melempar kulit buah rambutan ke arahnya, dia gak akan ngeh.

    Kenapa ma? sahutnya.

    "Jangan main HP mulu. Emangnya kamu chatting sama siapa sih? Penting? Apa itu Mathi?"

    Bukan ma. Bukan. Ini Alia (manajernya). Soal kerjaan, jawabnya gugup.

    Aneh. Masih aja Alia ganggu kamu soal kerjaan. Kayak gak tahu kamu lagi ribet-ribetnya mau merit aja. 

    Sebelum sempat menjawab mamanya, HP Anyka keburu bunyi. Panggilan telepon dari Rumela itu bikin jantung Anyka nyaris copot. Spontan dia menekan tombol merah di layar lalu lari meninggalkan ruangan menuju lantai atas. Dia mengunci diri di ruang kerja papanya dan kemudian membuka WhatsApp web di komputer. Setelah terhubung dia langsung mengetik:

    Anyka: Aku lagi gak bisa terima telepon. Kita chat aja

    Rumela: Kamu sebenarnya dimana sih? Lagi apa? Is everything OK?

    Anyka: Kan aku udah bilang lagi di rumah mama. Yes, everything is fine. Why?

    Rumela: Aku gak enak perasaan. Yakin gak apa-apa? Aku gak bisa berhenti mikirin kamu, honey. Mungkin karena aku udah kangen kamu lagi.

    Anyka: Baru dua hari lalu aku ke Penang, masa udah kangen lagi?

    Rumela: Berarti aku doang yang kangen. Kamu engga?

    Anyka: Aku gak bilang gitu

    Rumela: I want to snuggle and cuddle you all through the day. I miss you. I’m missing you real bad

    Anyka: I miss you, too. Tapi

    Rumela: Kok ada tapi-nya?

    Anyka masih berpikir buat mengetik apa. Seluruh saraf-saraf di otaknya ikut bekerja keras mencari-cari kalimat terbaik dan paling halus. Jari-jarinya masih di atas keyboard sementara kedua matanya sedikit pun gak bergeser dari layar komputer.

    Rumela: Tapi apa?

    Rumela: Hon?

    Anyka: Aku ga bisa

    Rumela: Ga bisa apa?

    Rumela: Hon?

    Rumela: Honey?

    Anyka: Aku ga bisa terus sama kamu

    Rumela: Apaan sih

    Rumela: Hey ada apa? Ngomong yang jelas

    Anyka: Maaf tapi kita ga bisa terusin hubungan kita

    Rumela: Kamu ngomong apa sih? Becanda??

    Rumela: Ga lucu tau

    Anyka: Aku ga becanda

    Panggilan video chat dari Rumela lalu masuk tapi Anyka langsung menolaknya. Tentu saja dia terlalu pengecut buat menghadapi konfrontasi Rumela. Panggilan video chat berkali-kali masuk dan lagi-lagi Anyka menolaknya.

    Rumela: Angkat video chat-ku

    Rumela: Angkat kenapa sih

    Anyka: Aku ga bisa. Keluargaku lagi kumpul semua. Rame

    Rumela: What the heck!

    Anyka: Please don’t make this harder than it already is

    Rumela: Kamu mau putus? Gitu????

    Anyka: Itu yang terbaik

    Rumela: Terbaik buat siapa? Kamu??!!

    Anyka: Please

    Rumela: You’re a horrible person. Kamu tahu itu??!! HORRIBLE

    Rumela: Tapi kenapa?! Kenapa tiba-tiba putus?!!!

    Rumela: Kenapa???? 

    Anyka: Besok aku mau merit

    Rumela: WHATTT???!!!!

    Rumela: Merit????

    Anyka: Iya

    Rumela: Gila ya kamu. Dua hari lalu kita masih tidur bareng di sini terus besok kamu merit????!!!!

    Rumela: Seenaknya

    Anyka: Maafin aku

    Anyka: Aku minta maaf. Aku ga tau harus gimana lagi

    Rumela: Jangan jadi brengsek bisa???

    Anyka: I’m so sorry...

    Rumela: Jadi selama ini kita ngapain kalo kamu ga pernah cinta?? Main-main kayak anak TK?

    Rumela: Gila. Seenaknya mainin perasaan orang. Merit sama siapa???

    Rumela: Ga pernah kepikiran bisa ketemu sama orang yang buruk kayak kamu

    Rumela: You’re sick!!! Sick!!!!!!!!!

    Sisa dari chat itu hanya makian dari Rumela. Anyka berhenti menjelaskan. Tanpa disadari air mata pelan-pelan menetes dari kedua matanya, sementara tubuhnya menggigil lemas. Sudah gak ada energi buat membela diri. Benaknya setengah setuju dengan apa yang dibilang Rumela di chat, mungkin dia memang sudah gila. Tapi gak benar kalau dia gak pernah cinta karena Anyka mencintai Rumela bahkan ketika dirinya memutuskan hubungan pun dia masih mencintainya. Dia hanya terpaksa harus menekan perasaannya.

    Kejadian buruk empat tahun itu muncul setiap kali Anyka memandang Mathi dengan khidmat di saat-saat santai seperti waktu sarapan di hari Minggu kayak pagi ini. Kadang juga muncul pas dia memperhatikan Mathi lagi tidur pulas. Demi lelaki ini dia mengorbankan perasaan orang lain dan dirinya sendiri. Sambil menyimak suaminya menghabiskan English Breakfast dan kopi flat white dengan sangat santai, ingatan Anyka berkali-kali lompat ke masa lalu. Tapi meski segimana memilukan, sedikit pun dia gak pernah menyesali keputusannya. Seperti keputusan yang diambilnya dua minggu sebelum mengadopsi Mosca, anak semata wayang yang kini lagi susah payah menghabiskan sarapan dengan kedua tangannya di baby chair yang berada di antara kursi yang sedang diduduki Mathi dan Anyka. Jika setiap menatap Mathi dia akan teringat kepada Rumela, maka setiap menatap Mosca ingatannya kembali ke detik-detik ketika memutuskan hubungan dengan Manuela lewat Facetime call. Bahkan setelah dua tahun telinganya masih bisa kembali merah jika mengingat umpatan dan kata-kata kasar Manuela kepadanya.

    Manuela: You are the worst person I’ve ever met!!

    Kalimat itu masih terngiang-ngiang jelas di telinganya. Jelas menyakitkan karena itu datang dari orang yang sebenarnya waktu itu dia cintai. Saking masih terdengar nyaring sampai-sampai Anyka gak mendengar panggilan Mathi.

    Nyk... Nyk... Nyka! Mathi harus mengeraskan suaranya buat mengembalikan kesadaran istrinya itu, dan berhasil. 

    Gak pake urat bisa gak sih manggilnya.

    Abisnya aku tanya kamu diem aja. Bengong gak jelas. Kenapa? tanya Mathi setengah tertawa.

    "Siapa yang bengong. Aku cuma merhatiin Mosca

    Enjoying the preview?
    Page 1 of 1